Tema : Pelapisan Sosial Dan Kesamaan Derajat
BELAJAR TAK MENGENAL USIA
Di
Lembaga Tahsin & Tahfidz dimana seseorang belajar tahsin, ada begitu beragam
usia yang menjadi peserta, dimulai dari anak-anak mulai dari SD, SMP, dan SMA,
sampai kakek-kakek pun tak mau kalah menjadi peserta Tahsin atau Tahfidz.
Bahkan di kelompok saya yaitu kelompok Al-‘Alaq (Tahsin 2), ada anak yang masih
SD, mungkin masih sekitar 8 tahunan tapi bacaannya tak kalah dari kami-kami
yang udah dewasa.
Dan beberapa pertemuan yang lalu, selagi nunggu giliran tallaqi ke ustadz, seorang itu diajak ngobrol oleh si kakek tersebut yang kebetulan duduk disampingnya.
Ada banyak yang diobrolkan, seputar tempat tinggal, kerjaan, status, dan
lain-lain. Disela-sela obrolan si Kakek bilang kayak gini:
“Terlambat saya belajarnya mas, dari dulu sampai sekarang selalu
merasa benar bacaan Qur’annya, ternyata banyak salahnya..he.he..” kata si Kakek.
“Nggak Pak, nggak ada istilah terlambat dalam belajar mah..yang terlambat tuh
kalau nyawa udah dikerongkongan.”
“hehehe.. bener juga ya..”
Dari situ seorang itu paham suatu hal yaitu hal yang membuat kita tidak mau belajar
adalah merasa sudah benar, merasa sudah bisa, dan merasa sudah cukup akan suatu
ilmu. Sehingga adanya suatu keegoisan dalam diri yang memasung diri untuk tidak
mau tergerak untuk belajar, tidak mau tergerak untuk selalu haus akan ilmu, dan
tidak mau tergerak untuk mempelajari lebih, lebih, dan lebih banyak lagi.
Terlebih untuk ilmu agama, seharusnya manusia tak perlulah alergi, merasa
tidak perlu bahkan acuh tak mau memegang sedikitpun buku/ilmu agama. Menurut
sebagian dari kita, belajar ilmu agama mah entaran aja, kalau umur udah
40an, 50an, atau 60an, yang penting karir dulu, dunia, dunia, dan duniaaa terus
yang dikejar…nah ini nih yang berbahaya, yang ada nanti hanyalah penyesalan dan
penyesalan.
Karena belajar tak mengenal usia, maka tak perlu lah malu ataupun berkecil
hati ketika begitu timpangnya usia kita dengan seseorang dalam suatu majelis
ilmu. Mintalah kepada Allah, agar senantiasa diri ini dimudahkan untuk hadir ke
majelis-majelis ilmu, dan mempersulit bahkan mematikan syaraf kaki kita agar
tidak bisa berjalan ketika pergi ke majelis-majelis yang banyak mudharatnya..
Karena belajar tak mengenal usia, sehingga usia bukanlah hal yang menjadi
penghalang bagi seseorang untuk meneguk suatu ilmu, bukanlah penghalang bagi
seseorang aktif mencari guru untuk belajar. Di zaman modern sekarang, dimana
internet sudah menjadi life style, ilmu sudah bertebaran dan berserakan disana,
tinggal kitanya saja yang mau atau tidak menjemput ilmu tersebut, sungguh beda
dengan zaman dulu, dimana seseorang harus rela antri berhari-hari untuk
meminjam sebuah buku di perpustakaan, dan juga dimana seseorang harus menempuh
jarak berpuluh-puluh kilometer untuk menghadiri majelis ilmu. Ah.. kita..
sungguh beruntungnya kita..
Karena belajar tak mengenal usia, begitupun hidup tak mengenal siaran tunda,
kalau bukan sekarang kapan lagi kita mau belajar? Tak ada waktu yang kembali, kecuali
mesin waktu dah ada kali ya.., terlambat bukan berarti gagal, namun sedikit
effort atau usaha dari orang kebanyakan sudah membuat kita melejit melebihi
yang lain.
Karena belajar tak mengenal usia, yang masih muda janganlah menunggu tua
untuk memulai, yang sudah tua janganlah gengsi untuk memulai, Allah tak
mengenal ukuran usia seseorang, baik itu tua atau pun muda, jika ia bertaqwa
sungguh Allah akan mencintainya. Dan untuk menjadi taqwa sungguh dibutuhkan
ilmu untuk mendapatinya.
Oleh karenanya, selagi ada nafas yang masih bisa kita hembuskan hingga saat
ini, sudah sepatutnya dari sekarang sebelum terlambat mari kita teguk ilmu
sebanyak-banyaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar