Selasa, 29 Desember 2015

BELAJAR TAK MENGENAL USIA


Tema : Pelapisan Sosial Dan Kesamaan Derajat

BELAJAR TAK MENGENAL USIA




Di Lembaga Tahsin & Tahfidz dimana seseorang  belajar tahsin, ada begitu beragam usia yang menjadi peserta, dimulai dari anak-anak mulai dari SD, SMP, dan SMA, sampai kakek-kakek pun tak mau kalah menjadi peserta Tahsin atau Tahfidz. Bahkan di kelompok saya yaitu kelompok Al-‘Alaq (Tahsin 2), ada anak yang masih SD, mungkin masih sekitar 8 tahunan tapi bacaannya tak kalah dari kami-kami yang udah dewasa. 

Dan beberapa pertemuan yang lalu, selagi nunggu giliran tallaqi ke ustadz, seorang itu diajak ngobrol oleh si kakek tersebut yang kebetulan duduk disampingnya. Ada banyak yang diobrolkan, seputar tempat tinggal, kerjaan, status, dan lain-lain. Disela-sela obrolan si Kakek bilang kayak gini: “Terlambat saya belajarnya  mas, dari dulu sampai sekarang selalu merasa benar bacaan Qur’annya, ternyata banyak salahnya..he.he..” kata si Kakek.

“Nggak Pak, nggak ada istilah terlambat dalam belajar mah..yang terlambat tuh kalau nyawa udah dikerongkongan.”
“hehehe.. bener juga ya..”

Dari situ seorang itu paham suatu hal yaitu hal yang membuat kita tidak mau belajar adalah merasa sudah benar, merasa sudah bisa, dan merasa sudah cukup akan suatu ilmu. Sehingga adanya suatu keegoisan dalam diri yang memasung diri untuk tidak mau tergerak untuk belajar, tidak mau tergerak untuk selalu haus akan ilmu, dan tidak mau tergerak untuk mempelajari lebih, lebih, dan lebih banyak lagi.

Terlebih untuk ilmu agama, seharusnya manusia tak perlulah alergi, merasa tidak perlu bahkan acuh tak mau memegang sedikitpun buku/ilmu agama. Menurut sebagian dari kita, belajar ilmu agama mah entaran aja, kalau umur udah  40an, 50an, atau 60an, yang penting karir dulu, dunia, dunia, dan duniaaa terus yang dikejar…nah ini nih yang berbahaya, yang ada nanti hanyalah penyesalan dan penyesalan.

Karena belajar tak mengenal usia, maka tak perlu lah malu ataupun berkecil hati ketika begitu timpangnya usia kita dengan seseorang dalam suatu majelis ilmu. Mintalah kepada Allah, agar senantiasa diri ini dimudahkan untuk hadir ke majelis-majelis ilmu, dan mempersulit bahkan mematikan syaraf kaki kita agar tidak bisa berjalan ketika pergi ke majelis-majelis yang banyak mudharatnya..

Karena belajar tak mengenal usia, sehingga usia bukanlah hal yang menjadi penghalang bagi seseorang untuk meneguk suatu ilmu, bukanlah penghalang bagi seseorang aktif mencari guru untuk belajar. Di zaman modern sekarang, dimana internet sudah menjadi life style, ilmu sudah bertebaran dan berserakan disana, tinggal kitanya saja yang mau atau tidak menjemput ilmu tersebut, sungguh beda dengan zaman dulu, dimana seseorang harus rela antri berhari-hari untuk meminjam sebuah buku di perpustakaan, dan juga dimana seseorang harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer untuk menghadiri majelis ilmu. Ah.. kita.. sungguh beruntungnya kita..

Karena belajar tak mengenal usia, begitupun hidup tak mengenal siaran tunda, kalau bukan sekarang kapan lagi kita mau belajar? Tak ada waktu yang kembali, kecuali mesin waktu dah ada kali ya.., terlambat bukan berarti gagal, namun sedikit effort atau usaha dari orang kebanyakan sudah membuat kita melejit melebihi yang lain.

Karena belajar tak mengenal usia, yang masih muda janganlah menunggu tua untuk memulai, yang sudah tua janganlah gengsi untuk memulai, Allah tak mengenal ukuran usia seseorang, baik itu tua atau pun muda, jika ia bertaqwa sungguh Allah akan mencintainya. Dan untuk menjadi taqwa sungguh dibutuhkan ilmu untuk mendapatinya. 

Oleh karenanya, selagi ada nafas yang masih bisa kita hembuskan hingga saat ini, sudah sepatutnya dari sekarang sebelum terlambat mari kita teguk ilmu sebanyak-banyaknya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman