Selasa, 29 Desember 2015
Perkembangan Teknologi Masa Kini
Tema : Ilmu Pengetahuan, Teknologi Dan Kemiskinan
Perkembangan Teknologi Masa Kini
Teknologi merupakan suatu sarana yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka. Beberapa teknologi saat ini merupakan perkembangan dari Teknologi jaman dahulu yang sering digunakan dalam sehari-hari. Contohnya saja alat komunikasi, dulunya teknologi komunikasi menggunakan telepon yang merupakan alat komunikasi yang terdiri dari dua bagian terpisah, yaitu yang satu untuk mendengar, dan yang satu untuk berbicara. Namun telepon telah mengalami perkembangan, dan kini telah berubah menjadi Handphone yang dapat dibawa kemana saja.
Oleh karena itu, perkembangan teknologi yang berubah menjadi teknologi masa kini telah berkembang pesat. Banyak teknologi yang dikembangkan sehingga lebih membantu manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Maka tidak heran, jika banyak ilmuwan atau para ahli terus mengembangkan teknologi teknologi untuk masa depan. Nah, disini ada beberapa teknologi masa kini yang mungkin di masa depan akan tetap digunakan. Selain itu, disini akan saya paparkan apa saja dampak yang dapat berpengaruh dalam perkembangan teknologi masa kini.
Teknologi Masa Kini Yang Mungkin Digunakan Di Masa Depan
1. Personal Computer (PC)
Mungkin banyak orang beranggapan PC adalah barang yang sudah tidak dapat diandalkan. Namun hal ini salah, justru PC adalah alat yang paling sangat membantu untuk menyelesaikan pekerjaan anda. Karena PC mempunyai privasi yang aman, selain itu PC mempunyai daya tahan yang lebih lama dari gadget apapun.
2. Wifi
Sejak 1997 wifi ditemukan sudah banyak yang mengembangkan teknologi ini. Sehingga sekarang notebook, PC< smartphone, bahkan Televisi sudah dapat terkoneksi dengan adanya Wifi ini. Walaupun sudah banyak smartphone yang sudah menggunakan teknologi LTE, namun anda akan tetap membutuhkan Wifi.
3. Email
Email sejak ditemukan sudah memiliki manfaat yang luar biasa. Sehingga, diprediksikan Email akan tetap bermanfaat dan tetap digunakan di masa depan. Karena dengan email, kita dapat memberi informasi ataupun surat secara cepat kepada orang lain.
Dampak Positif Perkembangan Teknologi Masa Kini
1. Internet Sebagai Media Penghubung
Tak dapat dipungkiri jika Internet adalah hal yang sangat melekat kepada kita. Karena internet memiliki fungsi yang amat banyak. Dengan internet, kita dapat melakukan komunikasi dengan orang yang berada jauh antara kita, kita dapat bertukar file, email, maupun koneksi.
2. Kemudahan Bertransaksi
Salah satu dampak yang bisa kita rasakan adalah kemudahan transaksi dengan pelanggan kita. Kemudahan pembayaran, kemudahan pengiriman, hingga kemudahan mencari order. Karena kita dapat memanfaatkan internet, atau memanfaatkan SMS Banking yang dapat kita manfaatkan sewaktu-waktu.
3. Kemudahan Mencari Informasi
Dengan adanya teknologi masa kini yang semakin berkembang, kita dapat mencari informasi dengan sangat mudah sekali. Kita dapat mencari informasi lowongan pekerjaan, informasi bencana alam, informasi kurs mata uang, hingga informasi lalu lintas.
Dampak Negatif Perkembangan Teknologi Masa Kini
1. Akses Pornografi
Inilah hal yang sangat rentan dalam teknologi masa kini. Karena mudahnya dan bebasnya internet, dapat memudahkan anak untuk mencari konten porno yang dapat berakibat buruk kepada ank kita nantinya. Oleh karena itu, dihimbau kepada keluarga taupun orang tua untuk selalu mengawasi anaknya.
2. Penipuan Online
Hal ini juga sangat rentan terjadi di dalam dunia teknologi masa kini. Dengan adanya teknologi yang terus berkembang, penjahat juga memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendiri. Mereka mengembangkan teknologi untuk melakukan kejahatan yang dapat berdampak buruk kepada orang lain. Oleh karena itu, kita diharap waspada dengan hal-hal yang seperti ini
TIDAK ADA YANG BERBEDA, KITA SEMUA SAMA
Tema : Masyarakat Perkotaan Dan Masyarakat Perdesaan
TIDAK ADA YANG BERBEDA, KITA SEMUA SAMA
TIDAK ADA YANG BERBEDA, KITA SEMUA SAMA
Secara fisik dan suku bangsa, tidak ada yang membedakan antara satu
dengan yang lainnya, orang yang berkulit putih tidaklah lebih baik
daripada yang berkulit hitam, yang berambut keriting tidaklah lebih
buruk daripada yang berambut lurus, yang berhidung mancung tidaklah
lebih baik daripada yang berhidung pesek, masyarakat perkotaan juga tidaklah lebih baik daripada perdesaan begitu pula orang barat
tidaklah lebih baik daripada orang indonesia. orang indonesia tidaklah
lebih buruk daripada orang arab.
Kita semua memang diciptakan oleh Allah dengan kondisi yang berbeda-beda
baik dari fisik ataupun suku bangsa, tetapi tujuan diciptakannya kita
berbeda-beda tidaklah untuk menjadikan yang satu lebih baik dengan yang
lainnya, atau yang satu lebih buruk dari yang lainnya. melainkan hanya
untuk menjadikan kita saling mengenal dan lebih mudah untuk dikenali.
misalnya si budi dari indonesia, atau si zaid dari arab saudi. tidaklah
berarti si zaid lebih baik dari pada budi, hanya karena zaid berasal
dari saudi. sungguh tidak.
Lalu apakah yang membedakan kita dan yang membuat kita lebih baik dan
lebih tinggi kedudukannya dihadapan Allah daripada yang lainnya?. Tentu
saja keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, mau darimanapun dia, mau
bagaimanapun bentuk fisiknya, mau kaya atau miskinkah dia, asalkan dia
bertaqwa kepada Allah, maka dialah yang lebih baik dihadapan Allah.
Oleh karena itu marilah kita untuk tidak saling merendahkan dan
memandang rendah orang lain hanya karena bentuk fisik, dan yang lainnya.
Bisa jadi orang lain yang anda rendahkan itu lebih baik bahkan jauh
lebih baik daripada anda dihadapan Allah. jangan sampai pahala kita
diberikan kepadanya dan dosa dia kita pikul hanya gara-gara kita
menghina dan menjelekkan dia. jangan sampai kita menjadi orang yang
bangkrut diakhirat nanti.
Betapa banyak pertikaian yang terjadi dimasyarakat yang penyebabnya
hanya karena saling hina bentuk fisik dan suku bangsa. oleh karena itu
mari kita menjaga persatuan dan kedamaian dengan tidak saling menghina
antara satu dengan yang lainnya.
Kita semua sama, tak ada yang membedakan diantara kita.
BELAJAR TAK MENGENAL USIA
Tema : Pelapisan Sosial Dan Kesamaan Derajat
BELAJAR TAK MENGENAL USIA
Di
Lembaga Tahsin & Tahfidz dimana seseorang belajar tahsin, ada begitu beragam
usia yang menjadi peserta, dimulai dari anak-anak mulai dari SD, SMP, dan SMA,
sampai kakek-kakek pun tak mau kalah menjadi peserta Tahsin atau Tahfidz.
Bahkan di kelompok saya yaitu kelompok Al-‘Alaq (Tahsin 2), ada anak yang masih
SD, mungkin masih sekitar 8 tahunan tapi bacaannya tak kalah dari kami-kami
yang udah dewasa.
Dan beberapa pertemuan yang lalu, selagi nunggu giliran tallaqi ke ustadz, seorang itu diajak ngobrol oleh si kakek tersebut yang kebetulan duduk disampingnya. Ada banyak yang diobrolkan, seputar tempat tinggal, kerjaan, status, dan lain-lain. Disela-sela obrolan si Kakek bilang kayak gini: “Terlambat saya belajarnya mas, dari dulu sampai sekarang selalu merasa benar bacaan Qur’annya, ternyata banyak salahnya..he.he..” kata si Kakek.
“Nggak Pak, nggak ada istilah terlambat dalam belajar mah..yang terlambat tuh
kalau nyawa udah dikerongkongan.”
“hehehe.. bener juga ya..”
Dari situ seorang itu paham suatu hal yaitu hal yang membuat kita tidak mau belajar adalah merasa sudah benar, merasa sudah bisa, dan merasa sudah cukup akan suatu ilmu. Sehingga adanya suatu keegoisan dalam diri yang memasung diri untuk tidak mau tergerak untuk belajar, tidak mau tergerak untuk selalu haus akan ilmu, dan tidak mau tergerak untuk mempelajari lebih, lebih, dan lebih banyak lagi.
Terlebih untuk ilmu agama, seharusnya manusia tak perlulah alergi, merasa tidak perlu bahkan acuh tak mau memegang sedikitpun buku/ilmu agama. Menurut sebagian dari kita, belajar ilmu agama mah entaran aja, kalau umur udah 40an, 50an, atau 60an, yang penting karir dulu, dunia, dunia, dan duniaaa terus yang dikejar…nah ini nih yang berbahaya, yang ada nanti hanyalah penyesalan dan penyesalan.
Karena belajar tak mengenal usia, maka tak perlu lah malu ataupun berkecil hati ketika begitu timpangnya usia kita dengan seseorang dalam suatu majelis ilmu. Mintalah kepada Allah, agar senantiasa diri ini dimudahkan untuk hadir ke majelis-majelis ilmu, dan mempersulit bahkan mematikan syaraf kaki kita agar tidak bisa berjalan ketika pergi ke majelis-majelis yang banyak mudharatnya..
Karena belajar tak mengenal usia, sehingga usia bukanlah hal yang menjadi penghalang bagi seseorang untuk meneguk suatu ilmu, bukanlah penghalang bagi seseorang aktif mencari guru untuk belajar. Di zaman modern sekarang, dimana internet sudah menjadi life style, ilmu sudah bertebaran dan berserakan disana, tinggal kitanya saja yang mau atau tidak menjemput ilmu tersebut, sungguh beda dengan zaman dulu, dimana seseorang harus rela antri berhari-hari untuk meminjam sebuah buku di perpustakaan, dan juga dimana seseorang harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer untuk menghadiri majelis ilmu. Ah.. kita.. sungguh beruntungnya kita..
Karena belajar tak mengenal usia, begitupun hidup tak mengenal siaran tunda, kalau bukan sekarang kapan lagi kita mau belajar? Tak ada waktu yang kembali, kecuali mesin waktu dah ada kali ya.., terlambat bukan berarti gagal, namun sedikit effort atau usaha dari orang kebanyakan sudah membuat kita melejit melebihi yang lain.
Karena belajar tak mengenal usia, yang masih muda janganlah menunggu tua untuk memulai, yang sudah tua janganlah gengsi untuk memulai, Allah tak mengenal ukuran usia seseorang, baik itu tua atau pun muda, jika ia bertaqwa sungguh Allah akan mencintainya. Dan untuk menjadi taqwa sungguh dibutuhkan ilmu untuk mendapatinya.
Oleh karenanya, selagi ada nafas yang masih bisa kita hembuskan hingga saat ini, sudah sepatutnya dari sekarang sebelum terlambat mari kita teguk ilmu sebanyak-banyaknya.
Selasa, 17 November 2015
INTOLERANSI BAGI PEMERINTAH HAL BIASA
Tema : Warganegara Dan Negara
Kenapa kasus Intoleransi di Indonesia semakin tinggi dari tahun ke tahun?, jawabannya tidak lain karena negara mengabaikan prinsip hak asasi manusia dan persoalan intoleransi bagi negara adalah persoalan biasa (wajar). Hal ini terlihat dari respon Presiden SBY yang sangat minim kaitan dengan persoalan intoleransi di Indonesia. SBY hanya gemar melakukan politik kata-kata yang berujung pada pencitraan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian Setara Institute tahun 2011.
Kita mungkin tidak lupa kaitan dengan kasus Ahmadiyah, kasus pembakaran Gereja, kasus Syah serta praktek intoleransi lainnya. Apakah semua kasus yang disebutkan diatas ada kejelasan dan penyelesaiannya?, cukup disayangkan negara tidak berani dalam mengungkap dan menindak para pelaku, negara cenderung membiarkan dan sepertinya tertekan dengan sekelompok masyarakat. Artinya dalam kasus intoleransi negara kalah dan tidak mampu memberikan perlindungan bagi warga negaranya, apalagi di tambah desakan luar negeri dalam Sidang Dewan HAM PBB di Jenewa, menunjukkan betapa lemahnya Negara.
Jikalau negara kalah dan tidak berani menindak para pelaku dibalik semua kasus tercedarinya kebebasan beragama dan berkeyakinan, kepada siapa lagi masyarakat mengadu?. Siapa yang ditakuti oleh negara sebenarnya, bukankah negara memiliki kewenangan yang kapanpun bisa dilakukan jikalau ada kasus pencederaan terhadap nilai-nilai toleransi, tetapi kenapa negara diam dan membiarkan?
Sudah saatnya negara bertindak benar, memberikan jawaban masyarakat yang belum terjawab hingga hari ini. Kepastian hukum yang tidak ada menunjukkan betapa lemahnya negara, kalah dengan sekelompok orang yang merupakan segelintir dari jumlah masyarakat. Presiden dan jajaranya juga asik dengan bahasa-bahasa lumrah dan sepertinya biasa saja melihat keadaan yang terjadi sementara ada warga negaranya hingga hari ini tidak mendapat jaminan menjalankan ibadah dan kepercayaannya.
Tokoh agama seperti Romo Benny Susetyo melihat negara sebenarnya sudah membuka ruang terjadinya konflik. Pemerintah lembek terhadap ormas-ormas tertentu, dalam kasus Gereja di Aceh, Riau, Bekasi. Pemerintah lebih mendengarkan suara ormas-ormas dibanding melihat kebenaran yang ada. Pemerintah tidak mampu menjadi wasit, tidak memiliki keberanian menegakkan hukum bagi warga negaranya.
Dengan dihujani cercaan dan pertanyaann dari negara-negera sahabat di Sidang Dewan HAM PBB, mudah-mudahan pemerintah Indonesia berubah dan tidak lagi terkesan membiarkan.
Memberikan perlindungan bagi setiap warga negaranya adalah tanggung jawab negara, jangan kemudian akibat pembiaran yang dilakukan negara, terjadi konflik yang berujung pada jatuhnya nilai-nilai kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia, Biarlah hal itu hanya terjadi pada masa lalu, hari ini seharusnya kita sudah memasuki dunia baru tanpa diskriminasi, tanpa intoleransi serta hidup damai dan tenteram antar sesama.
Sabtu, 17 Oktober 2015
Peran Generasi Muda Terhadap Bangsa Indonesia
TEMA : PEMUDA
DAN SOSIALISASI
Pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.
Proses sosialisasi adalah proses yang membantu individu melalui media pembelajaran dan penyesuaian diri, bagaimana bertindak dan berpikir agar ia dapat berperan dan berfungsi, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui dalam sosialisasi, antara lain: Proses Sosialisasi, Media Sosialisasi dan Tujuan Sosialisasi.
Melalui proses sosialisasi, pemuda merubah cara berpikir dan kebiasaan hidupnya. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi tahu bagaimana ia mesti bertingkah laku di kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Kepribadian seorang pemuda dapat terbentuk melalui proses sosialisasi. Dalam hal sosialisasi dikatakan sebagai proses yang membantu individu belajar dan menyesuaikan diri serta bagaimana berpikir dapat berfungsi dalam kelompok.
PERAN GENERASI MUDA TERHADAP BANGSA INDONESIA
Generasi muda sebagai pilar utama dalam keberlangsungan bangsa ini, ternyata mulai sekarang dipertanyakan keberadaanya. Tidak hanya ketika ide dan pemikiran tetapi pengantar atau pun bahasa yang dituturkan ikut menjadi bagian terpenting di dalamnya.
Aspek yang rasanya juga jelas terlihat ialah aspek bahasa. Gaya bahasa gaul,
yang sebenarnya merupakan bahasa dialek Jakarta turut hadir dalam novel genre
ini. “Loe-gue” yang dihadirkan tidak sekadar membuat “teenlit” begitu terasa
dekat dengan para remaja, tapi justru dunia remaja yang demikian itulah yang
tercermin lewat “teenlit”. Belum lagi cara penyajiannya yang menyerupai
penulisan buku harian, lebih membangkitkan keterlibatan para pembacanya.
Keberadaan bahasa Indonesia di dalamnya tidak terencana, tidak terpola dengan
baik, apa saja bisa masuk. Baik pada percakapan (dialog) maupun pada deskripsi,
bahasa yang dipakai adalah bahasa gaul, bahasa prokem, bahasa slang, yang hanya
dimengerti oleh anak remaja. Keberagaman bahasa dan warna-warni percakapan
tidak dapat dipola dan hampir tidak terkendali.
Lihatlah nama acara-acara di stasiun-stasiun televisi, siaran nasional, dan
daerah. Simaklah laporan kalangan wartawan televisi dan radio (mereka pakai
istilah reporter). Perhatikanlah ucapan-ucapan pembawa acara (mereka
menyebutnya presenter) di layar kaca. Dengarlah dengan cermat bahasa mereka
yang sehari-hari tampil di televisi, dalam acara apa pun.
Dengarlah nama-nama acara di stasiun-stasiun radio siaran. Bacalah nama-nama
rubrik di media massa cetak. Perhatikanlah judul buku-buku fiksi dan nonfiksi
yang dijual di toko-toko buku, di pasar buku, atau di kaki lima sekalipun.
Simaklah dosen dan guru (terutama yang masih muda) yang sedang mengajar di
depan kelas. Dengarkanlah petinggi atau pejabat negara yang sedang berpidato
atau berbicara kepada wartawan.
Tiap saat dengan mudah kita dapat mendengarkan bahasa buruk. Contohnya, gue
banget, thank you banget, ya!, Semakin lama semakin banyak orang yang berbahasa
Indonesia dengan seenaknya, tidak mengindahkan norma atau aturan berbahasa yang
berlaku resmi. Kalau benar isi pepatah lama, “Bahasa menunjukkan bangsa”, maka
untuk mengetahui dan mengurai “wajah” negara dan bangsa kita kini tak usah
mendatangkan ahli dari Amerika Serikat atau Australia.
Mengobati “penyakit” berbahasa yang sudah parah diperlukan usaha bersama semua
pemangku kepentingan bahasa
Indonesia untuk kembali menumbuhkan rasa bangga sebagai bangsa atau orang
Indonesia. Warga negara yang sangat bangga sebagai orang Indonesia tentunya
(seharusnya) juga mencintai bahasa nasionalnya sendiri. Kita, putra-putri
Indonesia abad 21, yang benar-benar mencintai bahasa Indonesia pastilah
menjungjung tinggi bahasa persatuan kita. Untuk mendukung usaha serius ini,
pemerintah dan DPR perlu segera membahas dan mengesahkan Rancangan
Undang-undang tentang Kebahasaan yang dibuat tahun lalu.
Banyak bangsa lain, seperti Filipina dan India, merasa iri dan sangat
terkagum-kagum terhadap bangsa kita karena memiliki bahasa persatuan, bahasa
negara, bahasa nasional. Ini merupakan salah satu jati diri asli bangsa kita.
Masyarakat komunikatif tercipta dengan mampu merasakan kepekaan dan
kepedulian serta siap berargumentasi untuk memecahkan permasalahan kompleks
yang diidap. Konkretnya dengan cara itu, dapat mengawal masa-masa sulit ini
menuju suatu arah yang tepat. Bagaimanapun menyiapkan seperangkat infrastruktur
yang kapabel menyikapi setiap kejutan-kejutan arah angin perubahan secara
tenang dan penuh perhitungan dalam konsensus, dapat menyediakan energi yang
berlimpah ketika kita amat membutuhkannya. Mengkedepankan prioritas tidak
bermakna mengesampingkan kebutuhan lainnya.
Barangkali, sebagai bagian dari bangsa ini. Memang yang lebih diperlukan adalah
kemampuan memelihara memori dan mengambil pelajaran dari apa yang sudah bersama
kita lalui sebagai sebuah bangsa. Sebuah refleksi adalah juga jalan untuk upaya
merawat ingatan; bahwa kemerdekaan ini adalah hasil perjuangan beratus dekade
oleh berjuta pejuang; bahwa otoriterianisme merupakan jalan yang tidak kita
inginkan sebagai bangsa yang bercita-cita dewasa; bahwa represifitas
melumpuhkan demokrasi dan intelektualitas; bahwa kebebasan berpikir dan
bersuara telah dibayar mahal oleh nyawa yang tak ternilai; bahwa korupsi dan
kawan-kawannya telah menghancurkan sendi-sendi keadilan dan meluluhlantakkan
harapan untuk hidup makmur, sejahtera, dan berkeadilan; bahwa wajah pendidikan
menentukan karakter bangsa; bahwa persoalan bangsa ini adalah persoalan yang
harus kita selesaikan secara bersama-sama; bahwa jauh dari tempat kita berada
banyak sosok yang tulus bergerak untuk sesuatu yang memiliki nilai kontribusi
tinggi daripada kita yang hanya berdiam sambil berpura diskusi dan turut
berpikir.
Pada berbagi kegiatan pun diharapkan masyarakat terutama orang muda harus
merasa ikut memiliki lambang jati diri bangsa Indonesia. Rasa ikut memiliki itu
akan mengukuhkan rasa persatuan terhadap satu tanah air, satu negara kesatuan,
satu bangsa, satu bahasa persatuan, satu bendera, satu lambang negara, dan satu
lagu kebangsaan. Pada gilirannya rasa persatuan itu akan menjauhkan perpecahan
bangsa sekalipun berada dalam era reformasi dan globalisasi.
Marilah mulai tumbuhkan kembali kesadaran dalam diri masing-masing untuk
berbahasa Indonesia dengan baik, benar, dan indah. Ketika berbahasa asing,
berbahasa asinglah dengan baik! Ketika berbahasa daerah, berbahasa daerahlah
dengan baik! Ketika berbahasa nasional, berbahasa nasionallah dengan baik pula!
Langganan:
Postingan (Atom)